Sabtu, 21 Maret 2009

kehebatan enci gw berdasarkan blog bapak gw(mengcopy)

NALAI SAYA 6 ,TAPI TEMAN SAYA DAPET SEMBILAN LOH

Pada saat itu, anak saya masih kelas 3 SD. Mungkin kami (saya dan istri saya)
berbeda dengan dengan orang lain cara mendidik anak. Bagi kami nilai baik di
sekolah hanya sebagian dari proses belajar dalam kehidupan ini. Masih banyak proses belajar lainnya.

Suatu kali putri saya pulang sekolah, hari itu ada ulangan matematika. Seperti
biasa, saya menanyakan “Ulangan Matematika bisa gak ?”. Jawabnya “Bisa”.

Sampai bulan lalu (ia sudah kelas 2 SMP), saya bertanya yang samga “Ulangan Matematika bisa gak ?”. Jawabnya selalu “Bisa”. Saya menjawab sambil tertawa: “Anakku sejak kecil, tidak pernah tidak bisa walaupun nilainya kacau”. Putri kami tertawa lebar.

Kembali pada saat dia masih kelas 3 SD, saya lanjutkan pertanyaannya: “Dapet
berapa kamu ulangan Matematikanya ?”. Dengan cepat dia menjawab: “Dapet 6″, dan yang lebih mengejutkan saya dia menjawab: “Tapi teman saya dapet 9 lho”, sambil tersenyum bahagia.
Saya terdiam dan dan akhirnya tersenyum saya katakan: “Kamu hebat !”

Mungkin ada yang menganggap saya dan istri saya aneh. Tapi kami bangga mendapat jawaban itu, karena tidak semua anak bisa mengatakan demikian dan tidak semua orang tua bisa bangga kalau anaknya bisa demikian.

Putri kami bisa mengatakan demikian karena kebahagiaan yang dia dapat bukan hanya apa yang dia dapatkan (hasilkan), kalau ada orang lain yang berhasil dia juga berbahagia. Bukankah dengan demikian anak saya bisa mendapatkan banyak kebahagiaan dari dirinya sendiri dan dari orang lain.

Saya sendiri dulu merasakan rasa tidak nyaman ketika tau teman saya bisa lebih baik dari saya. Jika teman saya sudah memiliki mobil, saya belum saya agak kesel. Ini cuma salah satunya, masih banyak lainnya.

Perasaan ini tidak nyaman, bayangkan kalau setiap kali kita melihat orang lebih baik dari kita dan kita iri, dengki atau perasaan tidak nyaman mungkin kita adalah orang yang paling menderita di dunia ini.

Karena itu saya berusaha untuk tetap gembira kalau ada teman-teman yang sukses, teman yang berhasil. Saya sengaja mengucapkan “Wah bagus deh !”. Walaupun mula-mula hati saya tidak rela, tapi lama-kelamaan, saya bisa mengucapkan dengan hati yang jauh lebih tulus.

Maka kami berusaha membuat anak-anak kami menjadi orang yang punya empati yang baik dengan melatih mereka sejak kecil.

Pernah suatu kali saya bertanya ke beberapa anak-anak, bagaimana rasanya jika teman-teman kamu dapat nilai 10, tapi kamu dapat 4 ?. Sebagian mereka mengatakan Sebel, Benci atau semacam itu.

Dengan melihat semacam ini, saya menguatkan kami bahwa sejak dini bahwa mengajarkan anak-anak melatih empati sangatlah penting untuk masa depan, demi kebahagiaan dirinnya juga.

gimana bgus gk?????????????mw yg lebih mendidik bca blog bapak gw
kehidupan.blogdetik.com

1 komentar: